Berkata dan Termakan Kata

02/23/2020

Minggu, 22 Februari 2020

Setiap teman pasti pernah bercerita mengenai kisah hidupnya kepada kita. Begitu pula Aku, terkadang aku berbagi cerita, rasa, kepada temanku. Namun secara umum aku adalah orang yang susah berbagi. Ya karena aku sadar tempat berbagi hanyalah satu. Kalianpun pasti tahu kepada siapa aku selalu berbagi, bercerita, dan mengeluh. Namun bukan itu yang aku akan kasih tahu kepada kalian. Bukan.

Aku lebih suka mendengarkan, dari pada menjawab atau memberi masukan. Aku sudah bilang berkali-kali kalau kalian ingin bercerita, bisa ke aku, namun kalian harus tahu aku bisa mendengarkan berapa jam pun kalian bicara namun aku tidak akan bisa memberikan saran ketika aku tidak melihat cerita secara utuh dan netral. Itulah yang aku katakana kepada semua temanku yang akan bercerita kepadaku. Dan semakin banyak, yang bercerita. Aku kira mereka akan berhenti bercerita kepadaku karena aku tak bisa menenangkan hati mereka. Ternyata aku salah. Terkadang orang yang mempunya masalah, beban, unek-unek hanya perlu didengarkan. Sekata - duakata aku pun membalas dengan empati. Tidak hanya diam mutlak mendengarkan.

Apa yang aku katakana kepada mereka tentunya melewati pikiran-pikiran ku yang subjektif. Aku mencoba menempatkan diriku di keadaan mereka. Agar aku tahu bagaimana rasa mereka saat itu dan bagaimana aku harus memberi penguatan kepada mereka saat itu. Tentu yang aku katakan dibumbui pengalaman yang pernah aku alami. Agar aku benar-benar bisa memberi masukan kepada mereka berdasarkan apa yang pernah aku alami. Namun satu hal yang membuatku risau. Apakah nantinya aku akan termakan oleh omonganku? Ataukah aku mampu bertahan dari setiap kalimatku sendiri?

Setiap kalimat positif yang aku ucapkan kepada teman-temanku baik itu berupa ajakan, atau himbauan, harusnya aku pernah melakukannya. Karena ketika aku belum pernah melakukan apa yang aku katakan, di hati ini seperti ada perang kecil. Entah siapa mereka. Kutancapkan ke dalam pikiran dan hatiku saat itu, "kamu harus sesuai omonganmu, jika meleset kembalilah ke omonganmu. Jangan kau bertindak diluar apa yang kamu katakan".

Dalam kasus yang sama, akupun membutuhkan orang lain untuk berbagi, untuk sesekali waktu. Teman-temanku selalu memberiku masukan, saran yang membangun kepadaku. Pada saat yang sama salah satu pikiranku datang dan dia berkata panjang lebar di otakku. Seketika itu aku menyimpulkan, ketika orang yang memberimu saran bersikap berkebalikan dengan apa yang dia katakan, ingatlah hal-hal baik yang pernah dia katakan kepadamu bukan ingatan tentang sikap mereka yang berbeda dengan apa yang dikatakannya dulu. Bisa jadi saat itu ada kejadian yang tidak kamu ketahui sehingga dia melakukan apa yang seharusnya dia tidak lakukan. Dan aku setuju dengan pikiranku itu. Karena aku sadar, aku, temanku, bahkan kalian adalah manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan dan bisa dikoreksi untuk berubah. Maka apapun yang kita lakukan pasti berdasar apa yang kita rasakan pada saat itu. Lalu aku berdamai dengan diriku sendiri saat itu. Apa yang nampak tidak seperti yang tersembunyi.

Selalu bersikap positif kepada orang yang memberimu saran. Jangan lihat mereka dari kesalahan-kesalahan yang pernah mereka buat. Ingatlah kebaikan-kebaikan yang pernah mereka berikan kepada kita. Karena pepatah nila setetes, rusak susu sebelanga, memang benar adanya. Terkadang kita buta kepada mereka yang sering memberi bantuan kepada kita akibat satu kesalahan yang mereka buat saat itu kepada kita. Mari saling menguatkan dan jaga omongan. Karena kita diciptakan berbeda untuk saling memberi dukungan bersama. Satu kalimat untuk menutup ceritaku kali ini, jangan melihat orang dari penampilannya lihatlah kalimat positif dari yang dikatakannya.

© 2019 Kocaeli Turkiye
Powered by Webnode
Create your website for free! This website was made with Webnode. Create your own for free today! Get started